Langsung ke konten utama

Tiga Kamera Bisa Jadi Bukti Benar Tidaknya Jamaah Iran Penyebab Insiden Mina


Sebuah media Al Shaq Al Awshat menyebut ada tiga kamera monitor dan pengawasan yang  terletak dalam terowongan mengarah ke pelemparan jumrah. Rekaman tersebut dapat diinvestigasi untuk memastikan insiden Mina yang menewaskan ratusan jamaah haji dari berbagai negara.

Menurut sistem yang dianut oleh otoritas terkait yang mengawasi haji, dengan koordinasi dengan semua pihak, maka pada saat keluar dari Muzdalifah ke Mina, 1,3 juta haji ini harus menuju tenda masing-masing untuk istirahat setelah berjalan dari Muzdalifah. 

Setelah itu, semuanya akan dibagi dalam kelompok-kelompok untuk menunggu giliran dipimpin petugas haji dalam ibadah pelemparan jumrah. Setiap petugas haji mengerti kapan akan memimpin jamaahnya.

Al Shaq Al Awshat mengutip seorang petugas haji Iran menyebut hampir 300 jamaah haji Iran berjalan berlawanan arah, pada peristiwa saling dorong, di Jalur 204 Mina. Hal ini diduga menjadi pemicu insiden yang menyebabkan meninggalnya 717 jamaah haji dari berbagai negara, sekitar 863 mengalami luka-luka.



Monitor itu bisa digunakan untuk menginvestigasi keluarnya jamaah haji Iran di luar jadwal mereka. Jadwal mereka seharusnya bersamaan dengan jadwal para haji Turki beberapa jam setelah kejadian.

Sistem ini dibuat dengan perencanaan yang matang untuk mengumpulkan jamaah dalam titik-titik konsentrasi, untuk menghindari adanya haji hilang dari rombongan dengan monitoring dan pengawasan petugas haji. Perencanaan ini dikembangkan oleh 12 lembaga pemerintahan untuk mengetahui cara mengatasi jika terjadi sesuatu.

Di sini, sumber itu mengatakan bahwa perencanaan itu terlaksana secara rinci oleh lembaga-lembaga pemerintah dan Kementerian Dalam Negeri. Akan tetapi, ada sebagian misi haji negara lain tidak patuh kepada perencanaan ini. Seperti kasus 300 haji Iran yang tidak mematuhi jadwal pelemparan jumrah dan berangkat pagi-pagi yang seharusnya bagi warga negara lain, dan bukan dijadwalkan untuk jamaah Iran.

Sumber itu juga menjelaskan bahwa kantor pusat misi haji Iran terletak 300 meter dari kejadian. Dia mengatakan, "Saya yakin jamaah Iran ingin melempar jumrah segera setelah kembali dari Muzdalifah dan setelah itu menuju kemah mereka”. 
Tidak dijelaskan siapa yang memberikan mereka otoritas untuk itu, yang menyebabkan terjadinya tragedi. Ini belum lagi beberapa insiden yang terjadi sebelumnya. Perlu diingat banyak tempat yang berpotensi terjadi kecelakaan tapi tidak terjadi seperti di Jembatan Jamarat. Di sana tidak pernah ada kecelakaan sebagai permulaan titik keramaian. Di sana diatur perhitungan yang tepat dan distribusi jamaah ke selatan dan utara dan sebaliknya.

Sumber itu juga mengatakan bahwa tragedi itu disebabkan oleh kesalahan individu-individu. Kejadian ini tidak seharusnya membatalkan perencanaan keamanan yang berhubungan dengan pelaksanaan haji. Perencanaan ini sehausnya dibuat secara konsisten yang melibatkan aktor dan lembaga, diimplementasikan dan diberikan hukuman kepada yang melanggar yang membuat pengaruh negatif pada sistem haji.

Sebelumnya, Seorang petugas haji Iran mengatakan kepada media Al Sharq Al Awsat bahwa hampir 300 jamaah haji Iran berjalan berlawanan arah, pada peristiwa saling dorong, di Jalur 204 Mina. Hal ini diduga menjadi pemicu insiden yang menyebabkan meninggalnya 717 jamaah haji dari berbagai negara, sekitar 863 mengalami luka-luka.

Menurut sumber, yang dirahasiakan oleh media Al Sharq Al Awsat, bahwa kesalahan itu dimulai ketika kelompok haji itu berangkat dari Muzdalifah pagi hari Kamis langsung untuk melempar jumrah dan tidak istirahat terlebih dahulu sebagaimana dilakukan oleh para haji yang lain untuk meletakkan barang-barang mereka dan menunggu aba-aba dari petugas. 

Mereka langsung berangkat menuju jalur 204 Mina dengan berlawanan arah. Petugas itu mengatakan bahwa kelompok tersebut tidak menaati waktu yang diberikan kepada mereka.



Ditambahkan oleh sumber tersebut, menurut jalur pergerakan mereka, 300 jamaah ini, setelah menyelesaikan ritual jumrah aqabah terus berjalan berlawanan arus dan tidak berhenti sampai ke tempat mereka di Mina. Maka, kecelakaan inipun terjadi disebabkan perlawanan arus, bersamaan dengan itu keluar pula kelompok haji lain yang akan melempar jumrah dengan jadwalnya. 

Kondisi ini menyebabkan tabrakan antar kelompok yang menyebabkan kerugian nyawa. Kelihatannya kelompok ini berhenti sejenak dan tidak bergerak ke arah sebaliknya, yang dapat mendorong para haji untuk keluar dari lokasi yang masih tersisa 20 meter.

Sumber tersebut mengatakan bahwa kejadian tersebut tidaklah karena desak-desakan atau karena tingkat keramaian tapi karena apa yang disebut dengan 'arus balik' yang mengakibatkan konsekuensi negatif yang signifikan. Sama halnya dalam kecelakaan tabrakan mobil dalam satu jalur dari arah yang saling berbeda, kasusnya akan berbeda bila di arah yang sama. Inilah yang terjadi di Jalur 204 Mina saat jamaah Iran melawan arus.

Republika

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kronologi Pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi dari Lubang Buaya

Mengangkat jenazah tujuh Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya bukan perkara gampang. Kondisi sumur yang dalam dan mayat yang mulai membusuk, membuat evakuasi sulit dilakukan. Tapi para prajurit Kompi Intai Amfibi Korps Komando Angkatan Laut (KIPAM KKO-AL), tak mau menyerah. Sebenarnya jenazah sudah ditemukan sejak sehari sebelumnya, yaitu pada tanggal 3 Oktober 1965, atas bantuan polisi Sukitman dan masyarakat sekitar. Peleton I RPKAD yang dipimpin Letnan Sintong Panjaitan segera melakukan penggalian. Tapi mereka tak mampu mengangkat jenazah karena bau yang menyengat. Pasukan KKO bersiap masuk ke sumur dengan menggunakan peralatan selam dan masker Jenderal Soeharto pun memerintahkan kepada pasukan evakuasi bahwa penggalian dihentikan pada malam hari. Maka penggalian pun ditunda dan penggalian akan kembali dilanjutkan keesokan harinya. Dalam buku Sintong Panjaitan,  "Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando"  yang ditulis wartawan senior Hendro Subroto, diluk

foto-Foto Penemuan Kuburan Raja Namrudz Di Iraq

Penemuan kuburan Raja Namrud dan istri istrinya di Karkuk-Iraq utara. Di taksir jumlah harga emas dan permatanya $300jt.

Celoteh Kang Dicky Zainal Arifin Tentang Orang-Orang Bali Pemalas, Tentang Kitab Kuning Dan Tentang Sholat Memejamkan Mata

Alhamdulillah, saya mendapatkan kiriman rekaman Open Dialog Kang Dicky (Red: Disingkat KD) di UPI tanggal 16 Mei 2010 melalui salah satu informan yang tentunya juga dari murid Hikmatul Iman yang ketika memberikan link rekaman ini masih aktif jadi anggota HI. Kelihatannya sudah banyak yang mau bertaubat, setelah menyaksikan dialog saya dengan KD di Klinik UP2U beberapa waktu yang lalu Alhamdulillah.   Durasi rekaman 1 jam 52 menit 49 detik. Tema Open dialog KD menyoroti masalah Sistem Ujian Nasional. Namun, isi ceramah KD dipenuhi dengan celaan dan hinaan untuk Pemerintah, Suku Bali, Alim Ulama, kitab-kitab ulama, ruqyah, dan lain-lain. Kelihatan sekali KD mem- brain wash  (mencuci otak) murid-murid HI hingga taqlid buta terhadap KD dan tidak lagi percaya pada alim ulama, kitab-kitab ulama, juga ruqyah syar’iyyah. Akhirnya, apa pun yang dikatakan KD akan diakui sebagai kebenaran sejati. KD : Berapa coba di Bali (murid-murid yang tidak lulus ujian nasional)? Karena di B