Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

Benarkah..?? Syiah Dilarang Pada Masa Pemerintahan Presiden Suharto

BENAR, SYIAH MEMANG SUDAH PERNAH DITEGASKAN SEBAGAI BUKAN AJARAN ISLAM OLEH PEMERINTAH INDONESIA . . Tepatnya tahun 1983 di era Orde Baru di bawah pemerintahan presiden kedua kita, HM. Soeharto. . Pemerintah saat itu melalui Departemen Agama/Depag (sekarang Kementerian Agama) mengeluarkan surat edaran yang menerangkan pokok-pokok ajaran Syiah. . Melalui surat edaran tersebut, pemerintah menegaskan kalau Syiah bukanlah agama Islam (Ahlussunnah). . Pada masa pemerintahan beliau, Syiah tidak berani menampakkan ajarannya sebagaimana sekarang. Hal ini dikarenakan : ▬ pemerintah di bawah kepemimpinan beliau ▬▬ melakukan kontrol yang sangat ketat terhadap setiap ajaran yang akan bisa mengganggu stabilitas NKRI. . Ditambah lagi pasca pecahnya Revolusi Syiah Iran di tahun 1979 memaksa pemerintah untuk melakukan upaya khusus untuk penanggulangan Syiah. . Oleh karena itu, keluarlah surat edaran Depag tertanggal 05 Desember 1983. . Hal ini pernah diungkapkan oleh mantan mente

Jamaah Tabligh dan Koreksinya

Sebagai seorang pengamat harokah di Indonesia, saya tertarik dengan ucapan pimpinan Jemaah Tabligh (istilah yang penulis pakai buat orang yang kerja dakwah di masjid Kebon Jeruk) di Indonesia, ketika seorang ustadz kritik jemaah tabligh. Beliau (almarhum) katakan : “Jangankan kerja tabligh,  ‘ kentut tabligh ’  saja anda tak paham.”  Setelah saya amati program yang diadakan yakni khuruj fi sabilillah ternyata kerja tabligh yang mereka buat seperti khazanah lautan yang tak habis jika digali.  Orang menyangka bahwa karang adalah lautan, air adalah lautan, ada yang menyatakan juga ikan, rumput laut, pasir, dsb. Padahal lautan adalah kumpulan dari itu semua secara menyeluruh.  Kebanyakan pencemooh jemaah tabligh hanya melihat sebagian dari kerja jemaah, sehingga terlihat kekurangan disana sini seperti anggapan mereka tentang bodohnya ahli jemaah dalam hal masail, hukum Islam, dsb. Kalaulah kita mau melek sedikit, membuka hati dan mau menerima kekurangan mereka, maka di balik itu ada